NAMA : YUNIAR RAHMAH
NIM : G1F115030
PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN, FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN, UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
SEJARAH DAN PERKEMBANGAN TEKNOLOGI AKUSTIK SECARA
GLOBAL MAUPUN DI INDONESIA
A.
Pengertian Akustik
Akustik
merupakan teori yang membahas tentang gelombang suara dan perambatannya dalam
suatu medium. Sedangkan akustik kelautan adalah teori yang membahas tentang
gelombang suara dan perambantannya dalam suatu medium air laut. Akustik
kelautan merupakan satu bidang kelautan yang umendeteksi target di kolom perairan dan dasar perairan
dengan menggunakan suara sebagai mediannya. Studi kelautan dengan menggunakan
akustik sangat membantu peneliti untuk mengetahui objek yang berada di kolom
dan dasar perairan. Objek ini dapat berupa plankton, ikan, jenis subtrat maupun
kandungan minyak yang berada di bawah dasar perairan.
sehingga akustik
kelautan merupakan bagian dari instrumentasi kelautan yang digunakan untuk
mendeteksi benda, biota laut, ataupun lapisan sedimen yang berada di dasar
lautan yang secara umum terbagi dalam sistem SONAR dan ECHOSOUNDER. Sistem
Sonar memancarkan gelombang suara secara horizontal
sehingga dapat mendeteksi misalnya benda-benda yang berada di depan kapal
ataupun di belakang kapal. sedangkan Echosounder
memancarkan gelombang suara secara vertikal sehingga dalam aplikasinya
sering digunakan untuk mendeteksi keberadaan ikan atau benda - benda yang
berada di bawah kapal.
masa operasi di laut.
B.
Manfaat dan Aplikasi Akustik Kelautan
Manfaat akustik
meliputi aplikasi dalam survei kelautan, budidaya perairan, penelitian tingkah
laku ikan, aplikasi dalam studi penampilan dan selektivitas alat tangkap,
bioakustik. Aplikasi dalam survei kelautan untuk menduga spesies ikan,
dengan akustik kita dapat menduga spesies ikan yang ada di daerah tertentu
dengan menggunakan pantulan dari suara, semua spesies mempunyi target strengh yang berbeda-beda. Aplikasi
dalam dunia budidaya untuk pendugaan jumlah ekor, biomassa dari ikan dalam
jaring/kurungan pembesaran untuk menduga ukuran dari individu ikan dalam jaring
kurungan, memantau tingkah laku ikan dengan acoustic
tagging.
Aplikasi akustik
dalam tingkah laku ikan meliputi pergerakkan migrasi ikan dengan acoustic tagging, orientasi target (tilt angle), reaksi menghindar terhadap
gerak kapal survei dan alat tangkap, respon terhadap rangsangan/stimuli cahaya,
suara, listrik, hidrodinamika, komia, mekanik dan sebagainya. Aplikasi dalam
studi penampilan dan selektivitas alat tangkap ikan meliputi pembukaan mulut
trawl dan kedalaman, selektivitas penagkapan dengan melihat ukuran ikan target.
1. Militer
Alat akustik
digunakan untuk kegiatan militer dan sangat canggih untuk saat ini. Negara
Amerika telah mengembangkan akustik dan menghasilkan suatu Akustik Perangkat Long Range (LRAD), perangkat jarak jauh
yang berasal dan peringatan beam yang diarahkan akustik. LRAD dikembangkan
untuk berkomunikasi pada rentang operasional dengan kewenangan dan unggul dalam
tinggi kebisingan pada lingkungan ambient. LRAD dirancang untuk komunikasi di 300 meter diatas tanah dan 500 + meter di atas air,
LRAD juga dapat mengeluarkan nada peringatan.
2. Biologi Kelautan
Suatu kajian
Pengetahuan dalam menentukan jenis spesies, tingkah laku ikan serta lainnya.
3. Perkapalan
Perancangan alat
tangkap berbasis akustik agar hasil tangkapan maksimal dan tidak tepat sasaran,
karena dengan akustik dapat dideteksi kumpulan suatu ikan.
4. Pemetaan
Data dari
pengukuran kedalaman dengan alat akustik nantinya dapat dijadikan suatu peta
dasar laut.
5. Oseanografi kelautan
Suatu kajian
Pengetahuan yang mempelajari tentang
sifat-sifat laut, baik dalam kimia, fisik, maupun bio-geo dan hal–hal yang
bersifat kelautan lainnya menggunakan suatu alat akustik.
6. Industri
Penentuan lokasi
yang sesuai dengan metode pendeteksian dasar laut dan menganalisis dampak yang
akan terjadi jika industri tersebut dibangun didaerah tersebut.
Akustik kelautan
berkaitan dengan berbagai materi, diantaranya:
1. Echosounder
Echosounder merupakan salah satu alat yang penting
untuk mengetahui kedalaman laut. Kedalaman dasar
laut dapat dihitung dari perbedaan waktu antara pengiriman dan penerimaan pulsa
suara. Dengan pertimbangan sistem Side-Scan
Sonar pada saat ini, pengukuran kedalaman dasar laut (bathymetry) dapat dilaksanakan bersama-sama dengan pemetaan dasar
laut (Sea Bed Mapping) dan
pengidentifikasian jenis-jenis lapisan sedimen dibawah dasar laut (subbottom profilers).
Gambar 1. Echosounder
2. Fish Finder
Fish Finder bekerja
berdasarkan pemantulkan gelombang suara yang dipancarkan dari permukaan
perairan sampai dasar lautan. Ketika bunyi yang dipancarkan kedasar lautan
tersebut membentur suatu benda dan kembali ke penerima sonar, maka jaraknya
yang ditempuh oleh bunyi tersebut dapat diukur, maka dapat diketahui letak
benda tersebut dibawah permukaan laut.
Gambar 2. Fish Finder
( Sumber :
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj0iYM73Q0j3nWWA22Ol4lqAdZ2Sy_At_GQ3QP-gm4_jIA8IcqN6MeVqinB-kbyDf8coaQGRESweCavbXjUTzAK6M0vi90CodDGCNTb2ADBkMCh5Dta0f5CRQFSB4l1O1q5ypqxr2W_gzA/s400/fish-finder1-150x150.jpg
)
3. Acoustic
Doppler Current Profiler (ADCP)
Prinsip kerja
ADCP berdasarkan perkiraan kecepatan baik secara horizontal maupun vertikal
menggunakan efek Doppler untuk menghitung kecepatan radial relatif, antara
instrumen (alat) dan hamburan di laut. Tiga beam akustik yang berbeda arah
adalah syarat minimal untuk menghitung tiga komponen kecepatan. Beam ke empat
menambah pemborosan energi dan perhitungan yang error. ADCP mentransmisikan
ping, dari tiap elemen transducer secara kasar sekali tiap detik. Echo yang tiba kembali ke instrumen
tersebut melebihi dari periode tambahan, dengan echo dari perairan dangkal tiba
lebih dulu dari pada echo yang
berasal dari kisaran yang lebih lebar. Profil dasar laut dihasilkan dari
kisaran yang didapat. Pada akhirnya, kecepatan relatif, dan parameter lainnya
dikumpulkan diatas kapal menggunakan Data Acquisition
System (DAS) yang juga secara optional merekam informasi navigasi, yang
diproduksi oleh GPS.
Gambar 3. ADCP
( Sumber :
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiUDQPPMcEAXxW_Nd8ckAmcqesJIj3GrAFPAFzB3sfip8O68Jlr0S-mt3ZIIVeQJMmhbpsHccj_zr51w5tp2HUtZaLqLueMofGw5IElAr88T-1UMQ4RRFUXI1D8SPZ_zzq-oDC1BOBAdW84/s320/2.jpg
)
Prinsip Kerja: Perhitungan
navigasi, menggunakan kalibrasi yang dilakukan sekali secara lengkap. Arus
absolut yang melampaui kedalaman atau kedalaman referensi didapatkan dari
rata-rata kecepatan relatif kapal. Arus absolut pada setiap kedalaman dapat
dibedakan dari data terakhir dari kapal navigasi dan perhitungan relatif ADCP.
C.
Sejarah Perkembangan Akustik Kelautan
Dimulai sekitar
tahun 1490 yang bersumber dari catatan
harian Leonardo da vinci yang menuliskan : “Dengan menempatkan ujung
pipa yang panjang didalam laut dan ujung lainnya di telinga anda, dapat
mendengarkan kapal-kapal laut dari kejauhan”. Ini mengindikasikan bahwa suara
dapat berpropagasi di dalam air. Ini yang disebutkan dengan Sonar pasif (passive Sonar) karena kita hanya
mendengar suara yang ada.
Pada abad ke 19,
Jacques and Pierre Currie menemukan
piezoelectricity, sejenis kristal yang dapat membangkitkan arus listrik
jika kristal tersebut ditekan, atau jika sebaliknya jika kristal tersebut
dialiri arus listrik maka kristal akan mengalami tekanan yang akan menimbulkan
perubahan tekanan di permukaan kristal
yang bersentuhan dengan air. Selanjutnya signal suara akan berpropagansi
didalam air. Ini yang selanjutnya
disebut dengan Sonar Aktif (Active
Sonar).
Perkembangan
akustik lebih lanjut dapat dilihat pada Perang Dunia pertama khususnya
digunakan untuk pendeteksian kapal-kapal selam yang ada dibawah laut.
Pendeteksian ini menggunakan 12 hydrophone
(setara dengan microphone untuk
penggunaan di darat) yang diletakan memanjang di bawah kapal laut untuk
mendengarkan sinyal suara yang berasal dari kapal selam.
Perkembangan
akustik kelautan makin pesat ketika Perang Dunia di mulai. Penggunaan torpedo
yang menggunakan sinyal akustik untuk mencari kapal musuh adalah penemuan yang
hebat pada jaman itu. Pada saat itu ilmu tentang akustik hanya di fokuskan
untuk keperluan-keperluan militer.
Pada akhir
perang dunia II barulah pengetahuan tentang akustik lebih berkembang atau makin
meluas. Bukan hanya untuk keperluan militer saja tapi juga untuk keperluan non–militer
diantaranya : mempelajari proses perambatan suara didalam medium air,
penelitian sifat-sifat akustik dari air dan benda-benda bawah air, pengamatan
benda-benda dari echo yang mereka
hasilkan, pendeteksian sumber-sumber suara bawah air, komunikasi dan penetapan
posisi dengan alat akustik bawah air.
Perkembangan
akustik kelautan di Indonesia makin intensif pada decade tahun 70–an. Pada decade ini, ilmu tentang akustik
diterapkan dalam pendeteksian dan pendugaan stok ikan, yakni dengan
dikembangkannya analog echo-integrator
dan echo counter. Perkembangan ilmu
tentang akustik ini dapat di lihat
di Negara Inggris dan di beberapa
Negara lain seperti Norwegia, Amerika, Jepang, Jerman dan sebagainya.
Perkembangan
selajutnya adalah diketemukannya digital echo
integrator dual beam acoustic system, split beam acoustic system, quasy ideal
beam system dan aneka echo processor
canggih lainnya, barulah ketelitian dan ketepatan pendugaan stock ikan dapat ditingkatkan sehingga
akhir-akhir ini peralatan akustik menjadi peralatan standar dalam pendugaan stock ikan dan manajemen sumberdaya
perikanan.
Pada saat
sekarang ilmu akustik di manfaatkan untuk aplikasi dalam survei kelautan,
budidaya perairan, penelitian tingkah laku ikan, aplikasi dalam studi
penampilan dan selektivitas alat
tangkap, bioakustik. Aplikasi
dalam survei kelautan, dengan akustik kita dapat menduga spesies ikan yang ada
di daerah tertentu dengan menggunakan pantulan dari suara, semua spesies
mempunyi target strengh yang berbeda-beda. Aplikasi dalam dunia budidaya untuk
pendugaan jumlah ekor, biomass dari ikan dalam jaring/kurungan pembesaran untuk
menduga ukuran dari individu ikan dalam jaring kurungan, memantau tingkah laku
ikan dengan acoustic tagging.
Aplikasi akustik
dalam tingkah laku ikan meliputi pergerakkan migrasi ikan dengan acoustic
tagging, orientasi target (tilt angle),
reaksi menghindar terhadap gerak kapal survei dan alat tangkap, respon terhadap
rangsangan/stimuli cahaya, suara, listrik, hidrodinamika, komia, mekanik dan
sebagainya. Aplikasi dalam studi penampilan dan selektivitas alat tangkap ikan
meliputi pembukaan mulut trawl dan
kedalaman, selektivitas penagkapan dengan melihat ukuran ikan target.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar