Minggu, 01 Oktober 2017

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN TEKNOLOGI AKUSTIK

NAMA : YUNIAR RAHMAH
NIM : G1F115030
PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN, FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN, UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN TEKNOLOGI AKUSTIK SECARA GLOBAL MAUPUN DI INDONESIA



A.  Pengertian Akustik
Akustik merupakan teori yang membahas tentang gelombang suara dan perambatannya dalam suatu medium. Sedangkan akustik kelautan adalah teori yang membahas tentang gelombang suara dan perambantannya dalam suatu medium air laut. Akustik kelautan merupakan satu bidang kelautan yang umendeteksi  target di kolom perairan dan dasar perairan dengan menggunakan suara sebagai mediannya. Studi kelautan dengan menggunakan akustik sangat  membantu peneliti untuk mengetahui objek yang berada di kolom dan dasar perairan. Objek ini dapat berupa plankton, ikan, jenis subtrat maupun kandungan minyak yang berada di bawah dasar perairan.
sehingga akustik kelautan merupakan bagian dari instrumentasi kelautan yang digunakan untuk mendeteksi benda, biota laut, ataupun lapisan sedimen yang berada di dasar lautan yang secara umum terbagi dalam sistem SONAR dan ECHOSOUNDER. Sistem Sonar memancarkan gelombang suara secara horizontal sehingga dapat mendeteksi misalnya benda-benda yang berada di depan kapal ataupun di belakang kapal. sedangkan Echosounder memancarkan gelombang suara secara vertikal sehingga dalam aplikasinya sering digunakan untuk mendeteksi keberadaan ikan atau benda - benda yang berada di bawah kapal.
masa operasi di laut.

B.  Manfaat dan Aplikasi Akustik Kelautan
Manfaat akustik meliputi aplikasi dalam survei kelautan, budidaya perairan, penelitian tingkah laku ikan, aplikasi dalam studi penampilan dan selektivitas alat  tangkap,  bioakustik. Aplikasi dalam survei kelautan untuk menduga spesies ikan, dengan akustik kita dapat menduga spesies ikan yang ada di daerah tertentu dengan menggunakan pantulan dari suara, semua spesies mempunyi target strengh yang berbeda-beda. Aplikasi dalam dunia budidaya untuk pendugaan jumlah ekor, biomassa dari ikan dalam jaring/kurungan pembesaran untuk menduga ukuran dari individu ikan dalam jaring kurungan, memantau tingkah laku ikan dengan acoustic tagging.
Aplikasi akustik dalam tingkah laku ikan meliputi pergerakkan migrasi ikan dengan acoustic tagging, orientasi target (tilt angle), reaksi menghindar terhadap gerak kapal survei dan alat tangkap, respon terhadap rangsangan/stimuli cahaya, suara, listrik, hidrodinamika, komia, mekanik dan sebagainya. Aplikasi dalam studi penampilan dan selektivitas alat tangkap ikan meliputi pembukaan mulut trawl dan kedalaman, selektivitas penagkapan dengan melihat ukuran ikan target.
1. Militer
Alat akustik digunakan untuk kegiatan militer dan sangat canggih untuk saat ini. Negara Amerika telah mengembangkan akustik dan menghasilkan suatu Akustik Perangkat Long Range (LRAD), perangkat jarak jauh yang berasal dan peringatan beam yang diarahkan akustik. LRAD dikembangkan untuk berkomunikasi pada rentang operasional dengan kewenangan dan unggul dalam tinggi kebisingan pada lingkungan ambient. LRAD dirancang untuk  komunikasi di 300 meter  diatas tanah dan 500 + meter di atas air, LRAD juga dapat mengeluarkan nada peringatan.
2. Biologi Kelautan
Suatu kajian Pengetahuan dalam menentukan jenis spesies, tingkah laku ikan serta lainnya.
3. Perkapalan
Perancangan alat tangkap berbasis akustik agar hasil tangkapan maksimal dan tidak tepat sasaran, karena dengan akustik dapat dideteksi kumpulan suatu ikan.
4. Pemetaan
Data dari pengukuran kedalaman dengan alat akustik nantinya dapat dijadikan suatu peta dasar laut.
5. Oseanografi kelautan
Suatu kajian Pengetahuan  yang mempelajari tentang sifat-sifat laut, baik dalam kimia, fisik, maupun bio-geo dan hal–hal yang bersifat kelautan lainnya menggunakan suatu alat akustik.
6.    Industri
Penentuan lokasi yang sesuai dengan metode pendeteksian dasar laut dan menganalisis dampak yang akan terjadi jika industri tersebut dibangun didaerah tersebut.

Akustik kelautan berkaitan dengan berbagai materi, diantaranya:
1. Echosounder
Echosounder merupakan salah satu alat yang penting untuk mengetahui kedalaman laut. Kedalaman dasar laut dapat dihitung dari perbedaan waktu antara pengiriman dan penerimaan pulsa suara. Dengan pertimbangan sistem Side-Scan Sonar pada saat ini, pengukuran kedalaman dasar laut (bathymetry) dapat dilaksanakan bersama-sama dengan pemetaan dasar laut (Sea Bed Mapping) dan pengidentifikasian jenis-jenis lapisan sedimen dibawah dasar laut (subbottom profilers).

Gambar 1. Echosounder

2. Fish Finder
Fish Finder bekerja berdasarkan pemantulkan gelombang suara yang dipancarkan dari permukaan perairan sampai dasar lautan. Ketika bunyi yang dipancarkan kedasar lautan tersebut membentur suatu benda dan kembali ke penerima sonar, maka jaraknya yang ditempuh oleh bunyi tersebut dapat diukur, maka dapat diketahui letak benda tersebut dibawah permukaan laut.

Gambar 2. Fish Finder
( Sumber : https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj0iYM73Q0j3nWWA22Ol4lqAdZ2Sy_At_GQ3QP-gm4_jIA8IcqN6MeVqinB-kbyDf8coaQGRESweCavbXjUTzAK6M0vi90CodDGCNTb2ADBkMCh5Dta0f5CRQFSB4l1O1q5ypqxr2W_gzA/s400/fish-finder1-150x150.jpg )

3. Acoustic Doppler Current Profiler (ADCP)
Prinsip kerja ADCP berdasarkan perkiraan kecepatan baik secara horizontal maupun vertikal menggunakan efek Doppler untuk menghitung kecepatan radial relatif, antara instrumen (alat) dan hamburan di laut. Tiga beam akustik yang berbeda arah adalah syarat minimal untuk menghitung tiga komponen kecepatan. Beam ke empat menambah pemborosan energi dan perhitungan yang error. ADCP mentransmisikan ping, dari tiap elemen transducer secara kasar sekali tiap detik. Echo yang tiba kembali ke instrumen tersebut melebihi dari periode tambahan, dengan echo dari perairan dangkal tiba lebih dulu dari pada echo yang berasal dari kisaran yang lebih lebar. Profil dasar laut dihasilkan dari kisaran yang didapat. Pada akhirnya, kecepatan relatif, dan parameter lainnya dikumpulkan diatas kapal menggunakan Data Acquisition System (DAS) yang juga secara optional merekam informasi navigasi, yang diproduksi oleh GPS.

Gambar 3. ADCP
( Sumber : https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiUDQPPMcEAXxW_Nd8ckAmcqesJIj3GrAFPAFzB3sfip8O68Jlr0S-mt3ZIIVeQJMmhbpsHccj_zr51w5tp2HUtZaLqLueMofGw5IElAr88T-1UMQ4RRFUXI1D8SPZ_zzq-oDC1BOBAdW84/s320/2.jpg )
Prinsip Kerja: Perhitungan navigasi, menggunakan kalibrasi yang dilakukan sekali secara lengkap. Arus absolut yang melampaui kedalaman atau kedalaman referensi didapatkan dari rata-rata kecepatan relatif kapal. Arus absolut pada setiap kedalaman dapat dibedakan dari data terakhir dari kapal navigasi dan perhitungan relatif ADCP.

C.  Sejarah Perkembangan Akustik Kelautan
Dimulai sekitar tahun 1490 yang bersumber dari catatan  harian Leonardo da vinci yang menuliskan : “Dengan menempatkan ujung pipa yang panjang didalam laut dan ujung lainnya di telinga anda, dapat mendengarkan kapal-kapal laut dari kejauhan”. Ini mengindikasikan bahwa suara dapat berpropagasi di dalam air. Ini yang disebutkan dengan Sonar pasif (passive Sonar) karena kita hanya mendengar suara yang ada.
Pada abad ke 19, Jacques and Pierre Currie menemukan piezoelectricity, sejenis kristal yang dapat membangkitkan arus listrik jika kristal tersebut ditekan, atau jika sebaliknya jika kristal tersebut dialiri arus listrik maka kristal akan mengalami tekanan yang akan menimbulkan perubahan  tekanan di permukaan kristal yang bersentuhan dengan air. Selanjutnya signal suara akan berpropagansi didalam air. Ini yang selanjutnya  disebut dengan Sonar Aktif (Active Sonar).
Perkembangan akustik lebih lanjut dapat dilihat pada Perang Dunia pertama khususnya digunakan untuk pendeteksian kapal-kapal selam yang ada dibawah laut. Pendeteksian ini menggunakan 12 hydrophone (setara dengan microphone untuk penggunaan di darat) yang diletakan memanjang di bawah kapal laut untuk mendengarkan sinyal suara yang berasal dari kapal selam.
Perkembangan akustik kelautan makin pesat ketika Perang Dunia di mulai. Penggunaan torpedo yang menggunakan sinyal akustik untuk mencari kapal musuh adalah penemuan yang hebat pada jaman itu. Pada saat itu ilmu tentang akustik hanya di fokuskan untuk keperluan-keperluan militer.
Pada akhir perang dunia II barulah pengetahuan tentang akustik lebih berkembang atau makin meluas. Bukan hanya untuk keperluan militer saja tapi juga untuk keperluan non–militer diantaranya : mempelajari proses perambatan suara didalam medium air, penelitian sifat-sifat akustik dari air dan benda-benda bawah air, pengamatan benda-benda dari echo yang mereka hasilkan, pendeteksian sumber-sumber suara bawah air, komunikasi dan penetapan posisi dengan alat akustik bawah air.
Perkembangan akustik kelautan di Indonesia makin intensif pada decade tahun   70–an. Pada decade ini, ilmu tentang akustik diterapkan dalam pendeteksian dan pendugaan stok ikan, yakni dengan dikembangkannya analog echo-integrator dan echo counter. Perkembangan ilmu tentang akustik ini dapat di lihat  di  Negara Inggris dan di beberapa Negara lain seperti Norwegia, Amerika, Jepang, Jerman dan sebagainya.
Perkembangan selajutnya adalah diketemukannya digital echo integrator dual beam acoustic system, split beam acoustic system, quasy ideal beam system dan aneka echo processor canggih lainnya, barulah ketelitian dan ketepatan pendugaan stock ikan dapat ditingkatkan sehingga akhir-akhir ini peralatan akustik menjadi peralatan standar dalam pendugaan stock ikan dan manajemen sumberdaya perikanan.
Pada saat sekarang ilmu akustik di manfaatkan untuk aplikasi dalam survei kelautan, budidaya perairan, penelitian tingkah laku ikan, aplikasi dalam studi penampilan dan selektivitas alat  tangkap,  bioakustik. Aplikasi dalam survei kelautan, dengan akustik kita dapat menduga spesies ikan yang ada di daerah tertentu dengan menggunakan pantulan dari suara, semua spesies mempunyi target strengh yang berbeda-beda. Aplikasi dalam dunia budidaya untuk pendugaan jumlah ekor, biomass dari ikan dalam jaring/kurungan pembesaran untuk menduga ukuran dari individu ikan dalam jaring kurungan, memantau tingkah laku ikan dengan acoustic tagging.
Aplikasi akustik dalam tingkah laku ikan meliputi pergerakkan migrasi ikan dengan acoustic tagging, orientasi target (tilt angle), reaksi menghindar terhadap gerak kapal survei dan alat tangkap, respon terhadap rangsangan/stimuli cahaya, suara, listrik, hidrodinamika, komia, mekanik dan sebagainya. Aplikasi dalam studi penampilan dan selektivitas alat tangkap ikan meliputi pembukaan mulut trawl dan kedalaman, selektivitas penagkapan dengan melihat ukuran ikan target.

































DAFTAR PUSTAKA







Rabu, 28 Desember 2016

BIOLOGI PERIKANAN



I.                PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
            Biologi perikanan adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari keadaan ikan yaitu sejak individu ikan tersebut menetas (hadir ke alam) kemudian makan, tumbuh, bermain, bereproduksi dan akhirnya mengalami kematian secara alami atau oleh karena faktor lain. Pengetahuan itu akan menguraikan tentang aspek-aspek biologi individu dari spesies ikan. Sehingga pengetahuan biologi perikanan ini merupakan pengetahuan dasar ketika mendalami pengetahuan dinamika populasi ikan, pengembangan spesies ikan untuk dikelola menjadi ikan budidaya dan upaya.
Masukan ini dapat diserahkan kepada Pemerintah yang dapat dijadikan sebagai acuan untuk membuat keputusan atau aturan terkait. Dengan demikian dapat berkontribusi dalam pengembangan perikanan di Indonesia.
            Oleh karena itu sangat diperlukan pengetahuan tentang tingkat kematangan gonad dari setiap individu ikan sehingga membantu mereka yang berkecimpung di bidang budidaya perikanan dan biologi perikanan untuk menghitung jumlah ikan dewasa yang siap bereproduksi dan memijah, kapan mereka akan memijah dan bertelur serta kapan dan berapa telur yang akan dibuahi dan menetas serta perbandingan antara ikan yang belum matang gonad dengan yang sudah matang gonad, ikan yang belum dewasa dengan yang sudah dewasa dan ikan yang belum bereproduksi dengan yang sudah.

B. Tujuan Praktikum
          Adapun tujuan dari praktikum kali ini adalah sebagai berikut :
1.    Memahami aspek pertumbuhan ikan dengan mempelajari hubungan antara panjang dan berat ikan.
2.    Memahami aspek kebiasaan makan ikan dengan pengukuran panjang saluran pencernaan ikan dan membandingkannya dengan panjang total ikan.
3.    Pengamatan morfologi ikan yang meliputi pengukuran panjang, berat dan bentuk ikan.

II.                TINJAUAN PUSTAKA
            Ikan nila (Oreochromis niloticus)  merupakan jenis ikan air tawar yang mempunyai nilai konsumsi cukup tinggi. Bentuk tubuh memanjang dan pipih kesamping dan warna putih kehitaman atau kemerahan. Ikan nila berasal dari Sungai Nil dan danau-danau sekitarnya. Sekarang ikan ini telah tersebar ke negara-negara di lima benua yang beriklim tropis dan subtropis. Di wilayah yang beriklim dingin, ikan nila tidak dapat hidup baik (Sugiarto, 1988).
Ikan nila (Oreochromis niloticus) disukai oleh berbagai bangsa karena dagingnya enak dan tebal seperti daging ikan kakap merah (Sumantadinata, 1981).
Terdapat tiga jenis ikan nila yang dikenal, yaitu nila biasa, nila merah (nirah) dan nila albino (Sugiarto, 1988).
Menurut Saanin (1984), ikan nila (Oreochromis niloticus) mempunyai klasifikasi sebagai berikut:
Kingdom          : Animalia
Filum                : Chordata
Subfilum           : Vertebrata
Kelas               : Osteichtyes
Subkelas          : Acanthopterygii
Ordo                : Percomorphi
Subordo           : Percoidea
Famili               : Cichlidae
Genus               : Oreochromis
Spesies : Oreochromis niloticus
Morfologi ikan nila (Oreochromis niloticus) menurut Saanin (1968), mempunyai ciri-ciri bentuk tubuh bulat pipih, punggung lebih tinggi, pada badan dan sirip ekor (caundal fin) ditemukan garis lurus (vertikal). Pada sirip punggung ditemukan garis lurus memanjang. Ikan Nila (oreochormis niloticus) dapat hidup diperairan tawar dan mereka menggunakan ekor untuk bergerak, sirip perut, sirip dada dan penutup insang yang keras untuk mendukung badannya. Nila memiliki lima buah Sirip, yaitu sirip punggung (dorsal fin), sirip data (pectoral fin) sirip perut (ventral fin), sirip 3anal (anal fin), dan sirip ekor (caudal fin). Sirip punggungnya memanjang dari bagian atas tutup ingsang sampai bagian atas sirip ekor. Terdapat juga sepasang sirip dada dan sirip perut yang berukuran kecil dan sirip anus yang hanya satu buah berbentuk agak panjang. Sementara itu, jumlah sirip ekornya hanya satu buah dengan bentuk bulat.
Habitat Dan Kebiasaan Hidup Ikan Nila Ikan nila merupakan ikan konsumsi yang umum hidup di perairan tawar, terkadang ikan nila juga ditemukan hidup di perairan yang agak asin (payau). Ikan nila dikenal sebagai ikan yang bersifat euryhaline (dapat hidup pada kisaran salinitas yang lebar). Ikan nila mendiami berbagai habitat air tawar, termasuk saluran air yang dangkal, kolam, sungai dan danau. Ikan nila dapat menjadi masalah sebagai spesies invasif pada habitat perairan hangat, tetapi sebaliknya pada daerah beriklim sedang karena ketidakmampuan ikan nila untuk bertahan hidup di perairan dingin, yang umumnya bersuhu di bawah 21 ° C (Harrysu, 2012).
Menurut Mudjiman(2001), Ikan Nila (oreochormisniloticus) adalah termasuk campuran ikan pemakan campuran(omnivora). Ikan nila mempunyai kemampuan tumbuh secara normal pada kisaran suhu 14-38°C dengan suhu optimum bagi pertumbuhan dan perkembangannya yaitu 25-30°C. Pada suhu 14°C atau pada suhu tinggi 38°C pertumbuhan ikan nila akan terganggu. Pada suhu 6°C atau 42°C ikan nila akan mengalami kematian. Kandungan oksigen yang baik bagi 4 pertumbuhan ikan nila minimal 4mg/L, kandungan karbondioksida kurang dari 5mg/L dengan derajat keasaman (pH) berkisar 5-9 (Amri, 2003). Menurut Santoso (1996), pH optimum bagi pertumbuhannila yaitu antara 7-8 dan warna di sekujur tubuh ikan dipengaruhi lingkungan hidupnya. Bila dibudidayakan di jaring terapung (perairan dalam) warna ikan lebih hitam atau gelap dibandingkan dengan ikan yang dibudidayakan di kolam (perairan dangkal). Pada perairan alam dan dalam sistem pemeliharaan ikan, konsentrasi karbondioksida diperlukan untuk proses fotosintesis oleh tanaman air. Nilai CO2 ditentukan antara lain oleh pH dan suhu. Jumlah CO2 di dalam perairan yang bertambah akan menekan aktivitaspernapasan ikan dan menghambat pengikatan oksigen oleh hemoglobin sehingga dapat membuat ikan menjadi stress. Kandungan CO2 dalam air untuk kegiatan pembesaran nila sebaiknya kurang dari 15 mg/liter (Sucipto dan Prihartono, 2005).
Fekunditas adalah jumlah telur yang terdapat pada ovarium ikan betina yang telah matang gonad dan siap untuk dikeluarkan pada waktu memijah. Pengetahuan tentang fekunditas dibidang budidaya perikanan sangatlah penting artinya untuk memprediksi berapa banyak jumlah larva atau benih yang akan dihasilkan oleh individu ikan pada waktu mijah sedangkan dibidang biologi perikanan untuk memprediksikan berapa jumlah stok suatu populasi ikan dalam lingkungan perairan.   Pada umumnya terdapat hubungan antara fekunditas dengan ukuran berat,panjang,umur dan cara penjagaan(paramental care)serta ukuran butir telur.Semakin berat atau panjang badan ikan dan semakin tua umurnya maka fekunditas makin tinggi.Fekunditasnya juga akan relatif berbeda antara individu-individu meskipun masih tergolong dalam satu spesies.Pada ikan-ikan yang mempunyai sepasang ovarium,kemungkinan besar akan terdapat perbedaan jumlah telur yang terdapat pada ovarium yang sebelah kanan dengan yang sebelah kiri (Ichsan effendie,1979).



III.             METODE PRAKTIKUM
A.  Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 26 November 2016 pukul 09.00-11.00 WITA. Bertempat di Laboratorium Iktiologi Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Lambung Mangkurat.
B.  Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum kali ini, yaitu :
Tabel 1. Alat yang digunakan dalam praktikum
No.
Alat
Kegunaan
1.
Pisau/cutter
Berguna untuk membedah ikan.
2.
Gabus
Berguna sebagai alas pada saat meneliti ikan.
3.
Penggaris/mistar
Berguna untuk mengukur panjang, tinggi, lebar ikan dsb.
4.
Alat tulis
Berguna untuk mencatat data yang diperoleh saat melakukan praktikum.
5.
Mikroskop
Berguna untuk mengamati sisik dan lambung ikan.
6.
Tisu gulung
Berguna untuk membersihkan semua peralatan dsb.
7.
Timbangan Tripple Beam Balance
Untuk menimbang ikan, agar dapat mengetahui berat ikan tersebut.
8.
Nampan
Berguna untuk tempat menuruh ikan.
                       

Bahan yang dipakai dalam praktikum ini, yaitu :

Tabel 2. Bahan yang digunakan dalam penelitian
No.
Bahan
Kegunaan
1
Gonad Ikan Nila (Oreochoromis niloticus)

Berguna untuk penelitian biologi perikanan
2
Ikan Nila (oreochormis niloticus)
Berguna untuk penelitian biologi perikanan
C.  Prosedur kerja
I. Prosedur kerja pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
1.      Masing-masing mahasiswa mengambil ikan yang akan dipraktikkan (jenis ikannya apa)
2.      Lakukan pengukuran terhadap berat dan panjang ikan.
3.      Ambil sisik ikan tersebut pada bagian punggung atas sebanyak 5 buah untuk menentukan jenisnya. Kemudian amati dibawah mikroskop
4.      Lakukan pembedahan pada ikan yang dimulai dari kepala sampai menuju bagian punggung atas sehingga ikan terbentuk seperti kupu-kupu
5.      Gambar semua isi perut ikan
6.  Ambil bagian gonad ikan dan ambil telurnya bagi ikan yang matang gonad. Kemudian amati bagaimana TKG nya dengan menggunakan metode Kesteven
7.      Ambil lambung ikan, kemudian pada bagian ujungnya diikat dengan benang supaya isi dari lambung tidak keluar dan diberi label.
8.      Masukkan lambung tersebut kedalam wadah yang sudah diisi formalin 10%.
II.     Menghitung Fekunditas
1.      Ambil telur ikan
2.      Lakukan pengukuran terhadap diameter telur pada bagian ujung atas, tengah dan bawah. Kemudian hasilnya dirata-ratakan
III.   Menganalisis TKG Ikan
1.      Ambil bagian dari gonad ikan
2.      Lakukan pengamatan dengan cara membandingkan dengan TKG menurut Kesteven
IV.  Mengetahui Jenis Makanan yang Ada Didalam Lambung Ikan
1.      Ambil lambung ikan, kemudian buka isi lambungnya dengan cara membasahi isi lambung tersebut dengan air agar mudah mengambil isi lambungnya.
2.      Taruh isi lambung tersebut di atas kaca yang sudah disediakan kemudian diamati dibawah mikroskop. Caranya adalah sebagai berikut : semua organisme yang terlihat dibawah mikroskop kemudian di gambardi atas kertas gambar di atas kertas gambar kemudian diidentifikasi dengan menggunakan buku identifikasi.
















IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.Hasil

Hasil yang diperoleh dari praktikum ini adalah sebagai berikut :

 










Gambar 1. Ikan nila (Saratharaodon nilaticus)  secara utuh.
Keterangan :
1.          Mulut
2.          Mata
3.          Hidung
4.          Anus
5.          Linea lateralis
6.          Sirip punggung (Dorsal fin)
7.          Sirip ekor (Caudal fin)
8.          Sirip dubur (Anal fin)
9.          Sirip perut (Ventral fin)
10.      Sirip dada (Pektoral fin)
11.      Operculum

 
           









Gambar 2.  Ikan nila (Saratharaodon nilaticus)  beserta ukurannya
Keterangan :
A  =  Panjang total        =  14,5 cm.
B  =  Panjang baku       =  12,5 cm.
Berat ikan                     =    20 ons.

 








Gambar 3.  Organ Dalam Ikan nila (Saratharaodon nilaticus)

Keterangan :
1.                  Ginjal                        5.  Gelembung renang
2.                  Lambung                   6.  Hati
3.                  Usus                          7.  Jantung
4.                  Empedu

 








Gambar 4.  Usus Ikan nila (Saratharaodon nilaticus)













 









Gambar 5.  Sisik Ikan nila (Saratharaodon nilaticus)
Tabel 3. Perhitungan hasil pengamatan

No.
Nama Ikan
Berat Badan
Panjang Total
Panjang Baku
Lebar
Panjang Usus
3.
Ikan Nila
20 ons
14,5 cm
12,5 cm
3,8 cm
24,5 cm

Fekunditas
Fekunditas Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
a) Panjang telur bagian kanan 3,5 cm-> 35mm
- 1 cm -> 10 biji telur (1 biji telur = 0,1 mm)
- 35 x 10 biji telur = 350 biji telur/ 1 telur
Jadi, pada bagian kanan telur terdapat 350 biji telur.
b) panjang telur bagian kiri 5 cm -> 50 mm
- 50 x 10 biji telur = 500 biji telur / 1 telur
Jadi, sepasang telur Ikan Nila (Oreochromis niloticus) terdapat sekitar = 850 butir biji telur.
·      Tingkat Kematangan Gonad (TKG)
IKG = Bg : Bt x 100%
Dimana : IKG = Indeks Kematangan Gonad.
Bg   = Berat gonad dalam gram
Bt    = Berat tubuh dalam gram
Diketahui :  Panjang gonad keseluruhan 8,5 : 3 = 2,83 cm
ukuran 1 cm I. 12 butir telur
                   ukuran 1 cm II. 10 butir telur
                   ukuran 1 cm III. 12 butir telur


4.2.  Pembahasan
Ikan Nila (Saratharaodon nilaticus)
a)   Klasifikasi dan morfologi
     Ikan nila merupakan jenis ikan air tawar yang hampir menyerupai ikan mas, ikan nilai ini berasal dari Afrika bagian timur di perairan sungai Nil, danau Tangiya Nigeria. Jenis ikan ini pada awal perkembangan termasuk kedalam kelompok Tilapia ( Saratharaodon nilaticu ). Ikan nila masuk kedalam famili Cichilidae dengan ordo percomorphi yang memiliki tulang belakang. Selain itu, ikan nila memiliki bentuk pipih, punggung tinggi, pada bagian badan dan sirip ekor di temukan garis lurus (vertikal) serta juga mempunyai sirip punggung ditemukan garis lurus memanjang. Secara sistematisnya ikan nila ini dapat diklasifikasi dan taksonomikan sebagai berikut :
Menurut Saanin, 1984 ikan nila ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom          : Animalia
Filum                : Chordata
Sub Filum         : Vertebrata
Kelas               : Osteichyes
Sub Kelas        : Acanthopterygii
Ordo                : Percomorphi
Sub ordo          : Percoidae
Famili               : Cichlidae
Genus               : Oreochromis
Spesies             : Oreochromis nilaticus
Ikan nila dapat di morfologikan berdasarkan  bentuk fisiologis yaitu memiliki bentuk tubuh bulat pipih, pungung agak tinggi, badan, sirip ekor dan sirip punggung terdapat garis lurus memanjang. Ikan ini memiliki lima buah sirip yaitu sirip punggung, sirip data, sirip perut, sirip anal dan sirip ekor.  Dengan adanya sirip tersebut sangat membantu pergerakan ikan nila semakin cepat di perairan air tawar.
Selain itu, tanda lainnya yang dapat dilihat dari ikan nila adalah memiliki warna tubuh hitam dan agak keputihan. Bagian tubuh insang bewarna putih, sedangkan ikan lokal memiliki warna kekuninang.  Sisik ikan nila memiliki ukuran besar, kasar dan tersusun dengan rapi. Bagian kepala pada ikan ini memiliki ukuran relatif kecil dibandingkan dengan mulut yang berada pada bagian ujung kepala serta memiliki mata yang besar. Sedangkan pada ikan yang digunakan pada praktikum kali ini ini mempunyai panjang total 14,5 cm, panjang baku 12,5 cm, lebar 3,8 dan berat badannya 20 gram.
b)   Kebiasaan makanan dan organ dalam pada ikan nila
Pada saat praktikum dapat dilihat bahwa panjang saluran pencernaan pada ikan nila lebih panjang berkali-kali lipat dari panjang tubuhnya ini karena makanan ikan nilai yaitu tumbuhan dan jenis-jenis plankton. Ini sesuai dengan literatur Masari (2008) yang menyatakan bahwa Kebiasaaan makanan ikan dapat ditentukan dari perbandingan   panjang  saluran pencernaannya dengan panjang total tubuhnya Ikan herbivore memiliki saluran pencernaan yang panjang dan berkali lipat dibandingkan panjang tubuhnya dan secara sederhana hanya memiliki kemampuan untuk mencerna material tumbuhan, oleh karena itu ikan herbivora memiliki usus yang lebih panjang karena material tumbuhan memerlukan waktu yang lama untuk dicerna. Sedangkan dengan ikan karnivora memiliki usus yang lebih pendek dan hanya memakan daging. Ikan omnivora memiliki kondisi fisiologis yang merupakan gabungan antara ikan karnivora dan ikan herbivora  ikan omnivora memiliki panjang saluran pencernaan yang sedang dan hampir sama dengan panjang tubuhnya, sedangkan ikan karnivora memiliki panjang saluran pencernaan yang lebih pendek dibandingkan dengan panjang totalnya (Masari, 2008).
Ikan Nila memiliki bagian tubuh yang memanjang ramping dan relative pipih. Sisinya besar dan kasar, bentuknya ctenoid, gurat sisi terputus-putus di bagian tengah badan ikan. Warna sisik abu-abu kecoklatan (nila hitam) dan putih atau merah (nila merah). Posisi mulut terletak di ujung mulut dan terminal. Pada sirip punggung terdapat jari-jari sirip punggung yang keras dan garis-garis vertical yang bulat dan berwarna kemerahan. (Suyanto, 1993).
a.      Fekonditas ikan nila
Ikan nila jantan dan betina memiliki perkzimbangan gonad mulai ketika beratnya mencapai 90 g atau panjang badan total Iebih dari 200 mm. Matang gonad ikan nila betina diperkirakan pada berat Iebih dari 100 g. Pada umur berapa ikan nila mencapai ukuran tersebut belum dapat dipastikan.  Memelihara ikan nila di kolam, ukuran 90 g dapat dicapai selama 4 - 6 bulan. Perbandingan antara gonad yang belum matang (TKG l) dan gonad yang matang (TKG IV)
Fekunditas ikan Nila berada pada rentangan 1.365 - 160.235 butir.Seperti bahwa fekunditas dipengaruhi oleh ukuran ikan (panjang dan berat) dan umur.Ikan yang berukuran besar cenderung memiliki fekunditas Iebih besar dari pada ikan yang berukuran kecil. Fekunditas yang terbesar adalah 160.235 butir yang terdapat pada ikan baung yang memiliki berat tubuh 2.752 g dan berat gonad 224 g.
Ikan Nila  (Oreochromis niloticus), maka dapat dilakukan cara perhitungan dengan metode Van Bayer, dimana metode ini didasarkan pada penentuan jumlah telur keseluruhan dan disusun pada garis sepanjang 1 cm maka telur yang memenuhi yaitu sebanyak 12, Pada bagian kanan telur terdapat 350 biji telur dan sepasang telur ikan Nila (Oreochromis niloticus) terdapat sekitar 850 butir telur.
Fekunditas juga dapat dipengaruhi oleh fekunditas telur Pada umumnya, ikan yang berdiameter telur 0,8 - 1,1 mempunyai fekunditas 100.000-300.000 butir/kg berat ikan. lkan nila mempunyai fekunditas lebih kecil daripada jumlah tersebut, yakni sekitar 60.000 butir/kg berat tubuh.















V. PENUTUP
A. Kesimpulan
            Adapun kesimpulan dari pembuatan laporan ini adalah sebagai berikut :
1.     Dari hasil pengamatan morfologi Ikan Nila (Saratharaodon nilaticus) diketahui panjang total tubuh 14,5 cm, panjang baku tubuh 12,5 cm dan berat  20 gram, memilki bentuk sisik scenoid..
2.    Panjang usus Ikan Nila (Saratharaodon nilaticus), hasil dari panjang usus yaitu 28,5 cm.
3.    Menghitung Fekunditas telur Ikan Nila (Saratharaodon nilaticus) dengan menggunakan metode Van Bayer adalah hasil perkalian antara diameter telur dengan dengan volume telur. Diameter telur erat kaitannya dengan fekunditas semakin kecil diameter telur maka semakin besar fekunditasnya, dan sebaliknya. Menggunakan ikan nila (Saratharaodon nilaticus) karena ikan yang kami buat Praktikum termasuk jenis ikan jantan sehingga tidak bisa dihitung nilai Fekunditasnya.
B. Saran
            Sebaiknya dipraktikum selanjutnya harus di siapkan dari jauh-jauh hari agar pelaksanaan praktikumnya berjalan dengan lancar, dan tempat untuk praktikumnya sebaiknya di ruangan semua agar saat berjalannya pratikum terlihat rapi. Alat praktikum juga harus di perbanyak dan di lengkapi. Agar menunjang kenyamanan bagi mahasiswa untuk melakukan praktikum.

DAFTAR PUSTAKA
Sugiarto, 1988. Kualitas Ikan Nila. Graha Ilmu: Jakarta
Sumantadinata, 1981.Struktur Tubuh Ikan Nila: Yogyakarta
Sugiarto, 1988. Sisik Ikan Nila. http://australianmuseum.net.au
Indhie. 2009. Ikan Nila. http://indhie.wordpress.com
Saanin 1984, Klasifikasi Nila. http://meitanisyah.wordpress.com
Putra, adriansyah, 2010. Macam-macam sisik ikan nila. Graha Ilmu: Jakarta
Harrysu, 2012. Budidaya Ikan Nila. Kasinius: Yogyakarta
Karmila, Muslim, Elfachmi, 2012. Analisis Tingkat Kematangan Gonad Ikan Nila (Saratharaodon nilaticus) Di perairan Rawa banjir Desa Pulokerto Kecamatan Gandus Kota Palembang. Jurnal Penelitian Ilmu-Ilmu Perairan dan Perikanan. Vol (1) : No 1-Juli 2012.